AB II
“Memahami Maqam Asbab dan Tajrid”
Serial Kuliah Twitter (Kultwet) dari akun @sidogiri
1) Assalamualaikum tweeps... inilah #NgajiHikam BAB-2. Selamat
mengikuti tweeps... J
2) Ibnu Athaillah brkata: “Kehendakmu utk tajrid tatkala Allah
tempatkanmu pd status asbab, adalah syahwat yg tersembunyi.” #NgajiHikam
>>
3) >> “Sedangkan kehendakmu pd asbab tatkala Allah
menempatkanmu pd status tajrid, adalah kemerosotan dr cita2 yg tinggi”
#NgajiHikam
4) Hikmah ini berkisar pd 2 poros; yg 1 disebut “tajrid”, yang 1
lagi disebut “asbab”. Apakah arti dari dua kalimat itu? #NgajiHikam
5) Kita selalu dihadapkan pada 2 keadaan ini, tajrid dan asbab.
Maka penting bagi kita tuk mengilmui keduanya. #NgajiHikam
6) [1] seseorang mendapati dirinya tersandera oleh alam asbab
(sebab-sebab dan perantara). #NgajiHikam
7) Kemana dia bergerak, dia tidak bisa menghindar dari sebab2
dan perantara. Inilah yg disebut keadaan “asbab”. #NgajiHikam
8) [2] Seseorang mendapati dirinya terjauhkan dari pengaruh
asbab; ia tidak memiliki jalan menuju asbab, #NgajiHikam
9) Keadaan ini disebut keadaan “tajarrud” atau “tajrid”
(terlepas dari sebab-sebab dan perantara). #NgajiHikam
10) Nah, tiap mukmin harus melihat status yg telah ditentukan
Allah untuk dirinya, lalu dia beramal sesuai dengan status itu. #NgajiHikam
11) Ia tidak boleh terburu mengikuti kemauannya sendiri tatkala
menerapkan tatanan asbab atau tajrid #NgajiHikam >>
12) >> dengan tanpa terlebih dahulu memperjelas keadaan
& posisi yg telah ditentukan Allah utknya. #NgajiHikam
13) Jika yang terjadi sedemikian halnya, maka sesungguhnya ia
sedang menuruti kemauannya sendiri #NgajiHikam >>
14) >> meskipun di permukaan tampaknya ia sedang
menjalankan perintah Allah & melaksanakan hukum2-Nya.
15) Demikian arti hikmah BAB-2 ini. Namun mari kita uraikan
hikmah ini melalui gambaran2 dari peristiwa2 yang kita alami. #NgajiHikam
16) Seseorang yg diberi wewenang oleh Allah menjadi kep rumah
tangga, dg seorang istri n beberapa anak. #NgajiHikam
17) Dg demikian, dia telah diliputi sebab2 yg menariknya utk
mencari rezeki dan bekerja keras utk memperoleh rezeki. #NgajiHikam
18) Bayangkan kalau org ini berusaha naik pada tingkatan
kesalehan & ketakwaan, menuju tangga tauhid & tawakal #NgajiHikam
>>
19) >> seraya berkata dalam hatinya: aku tidak perlu lagi
ke pasar, tak perlu lagi bekerja keras untuk mendapatkan rezeki, #NgajiHikam
>>
20) >> Krn aku yakin dg firman Allah: Maka mintalah rezki
itu di sisi Allah. (QS al-‘Ankabut [29]: 17) #NgajiHikam
21) Aku akan melepaskan diri dari kesibukan duniawi, dari
kesibukan di pasar, menuju ibadah kepada Allah. #NgajiHikam
22) Lalu org ini pun berhenti ke pasar, tak lagi bekerja dg
dalih bahwa ia akan menenggelamkan diri dalam lautan tauhid. #NgajiHikam
23) Dia tak lagi berhubungan dg sebab2, krn ia telah memandang
pada Dzat yg menciptakan sebab2 itu (Allah SWT)! #NgajiHikam
24) Maka org ini adalah contoh yg pas utk hikmah ke-2 Ibnu
‘Aṭa’illāh ini, dan ia harus diperingatkan dg hikmah itu. #NgajiHikam
25) Kita katakan kpdnya: “Kehendakmu utk tajrid tatkala Allah
menempatkanmu pd status asbab, merupakan syahwat tersembunyi.” #NgajiHikam
26) ia tampak sedang menerapkan sikap ketauhidan, namun
hakikatnya ia sedang mengikuti hawa nafsunya. Kenapa begitu? #NgajiHikam
27) Ya, krn Allah tlh menempatkannya pd posisi asbab, sbg kepala
rumah tangga, maka mestinya ia bekerja. Itu perintah Allah. #NgajiHikam
28) Tapi ia tak mau bekerja, malah ibadah terus utk wushul pd
Allah. So sejatinya ia sdg mengikuti nafsunya yg tersembunyi. #NgajiHikam
29) Org macam ini tlh berperangai buruk pd Allah, dg memaksakan
diri lepas dr tatanan-alam-Nya & ketentuan-Nya. #NgajiHikam
30) So bagi org yg diposisikan dlm status asbab, bekerja itulah
ibadahnya, bahagiakan kelurga itulah wiridnya. #NgajiHikam
31) menganggap ibadah terbatas pd amalan2 tertentu saja,
sedangkan selain itu hanya urusan duniawi, adalah keliru fatal! #NgajiHikam
32) seluruh perbuatan baik itu ibadah, jika dg niat yg benar
& ikhlash krn Allah SWT. #NgajiHikam
33) Hanya saja perbuatan baik juga melihat keadaan tiap org
& tugas2 yg ditetapkan Allah pada masing2 mereka. #NgajiHikam
34) Maksudnya, tak semua perbuatan baik itu juga baik utk semua
org. Kebaikan atau ketidak-baikan suatu perbuatan bergantung #NgajiHikam
>>
35) >> pada keadaan org yg melakukan perbuatan itu, serta
pada posisi yg tlh ditentukan oleh Allah utk org itu.
36) Bagi org yang kehidupannya oleh Allah dipisahkan dari relasi
sosial, dijauhkan dari tanggung-jawab rumah tangga, #NgajiHikam >>
37) >> amal salehnya terwujud dlm ibadah personal yg
faedahnya kembali pada orang itu saja. #NgajiHikam
38) Bagi org yg oleh Allah ditempatkan dlm posisi
penangung-jawab sosial-politik, amal salehnya terwujud dlm melayani umatnya
#NgajiHikam
40) Bagi yg bertugas menjaga perbatasan negara, amal salehnya
adalah menjalankan tugas-tugas khususnya dengan ikhlas. #NgajiHikam
41) Begitu seterusnya, dengan catatan kita tidak melupakan
kewajiban pokok, seperti salat lima waktu, puasa, dll #NgajiHikam
42) Selanjutnya, ada orang2 yang oleh Allah dijauhkan dari
keterhubungan dengan asbab (sebab-sebab dan perantara) #NgajiHikam
43) Zaid, misalnya, tdk memiliki tanggung-jawab apapun, terkait
dengan istri, anak-anak, kerabat dan famili. #NgajiHikam
44) Sementara ia telah memiliki bekal penghidupan yg cukup plus
hal-hal pokok lain yang diperlukan. #NgajiHikam
45) Dlm keadaan ini, si Zaid akan ditarik oleh dua kecenderungan
yang bertolak belakang. #NgajiHikam
46) Kecenderungan pertama berkata: “Kini kamu tlh memiliki
sarana2 yg cukup utk hidupmu. Kenapa kau tdk cukupkan dg itu saja? #NgajiHikam
47) Tinggalkan keinginanmu utk menambah kekayaan dunia yang
tidak kau perlukan itu, lalu waktumu kau gunakan utk >> #NgajiHikam
48) >> memperdalam pengetahuan agama, menjalankan ibadah
dan melayani agama Allah SWT?” #NgajiHikam
48) kecenderungan kedua akan berkata: “Bangkit & carilah
tambahan rezeki. Krn Allah membenci hamba yg menganggur. #NgajiHikam >>
49) >> Dahulu Umar RA mendatangi para pengangguran di
masjid dan memukuli mereka dg tongkatnya. #NgajiHikam
50) Menurut Anda, apa yang seharusnya dilakukan orang ini
(Zaid), dan seruan mana yang mestinya ia penuhi? #NgajiHikam
51) Nah, yg menjawab pertanyaan itu adalah bagian terakhir dari
hikmah kedua Ibnu ‘Aṭa’illāh tersebut, yakni: >>
52) >> “Kehendakmu u/ tajrid tatkala Allah menempatkanmu
pd status asbab, adalah syahwat yg tersembunyi.” #NgajiHikam
53) Maksudnya, jika Anda hendak bermalas-malasan krn
mengandalkan bekal penghidupan yang cukup itu; >> #NgajiHikam
54) >> Anda makan, minum, tidur, senang2 hingga mati, maka
jelas itu ciri khas kehidupan binatang. #NgajiHikam
55) Namun jika keterlepasan dari asbab itu membuat Anda fokus
mengkaji agama Allah, terlepas dari kegiatan duniawi >> #NgajiHikam
56) maka itulah jalan yg benar. Itulah jalan yg lebih layak bagi
orang2 yg berjiwa besar dan memiliki cita2 tinggi. #NgajiHikam
57) Sebab memang Allah telah menempatkan Anda pada keadaan
tajrid (terlepas dari sebab2 dan perantara)
58) Maka ketimbang mengejar asbab yg oleh Allah dijauhkan dari
Anda itu, lbh baik Anda menuju Allah yg ‘mengejar’ Anda. #NgajiHikam >>
59) >> tentu dengan cara melayani agama-Nya, mempelajari
syariat-Nya, atau fokus beribadah kepada-Nya. #NgajiHikam
60) Jika org yg dlm posisi tajrid itu membantah: “Bukankah
bekerja itu juga ibadah?” #NgajiHikam
61) Maka pikiran seperti itu hanyalah godaan dari setan saja.
Itu adalah bentuk dari kemerosotan cita2 yg tinggi #NgajiHikam
62) Andai pikiran spt itu benar, pasti kita akan menilai bodoh
pd para pemuda yg belajar Islam di berbagai belahan dunia ini. #NgajiHikam
63) Mereka bisa saja mengabaikan keadaan tajarrud yg ditetapkan
Allah, dan memilih bekerja menumpuk kekayaan. #NgajiHikam
64) Tapi faktanya mereka lebih memilih belajar & beramal
sesuai dg keadaan tajarrud yg telah ditetapkan oleh Allah itu. #NgajiHikam
65) Mereka bergegas menuju pesantren2 di berbagai dunia Islam,
fokus belajar & beribadah. Tak bekerja sama sekali. #NgajiHikam
66) Selagi para pemuda itu oleh Allah belum diserahi
tanggung-jawab urusan rumah tangga, urusan masyarakat atau politik #NgajiHikam
>>
67) >> maka kita mesti angkat topi terhadap mereka, dan
menilai mereka sebagai barisan orang2 Istimewa. #NgajiHikam
68) Tapi jika seseorang oleh Allah telah diserahi tanggung-jawab
urusan rumah tangga, urusan masyarakat, dll #NgajiHikam >>
69) >> lalu ia malah meninggalkan tugas penting yg telah
ditetapkan Allah itu, lalu fokus ibadah atau malah pergi mondok >>
#NgajiHikam
70) maka berarti ia telah menyalahi tatanan dan arahan Islam,
menyalahi apa yg ditetapkan dan dibebankan Allah terhadapnya. #NgajiHikam
71) Maka, syariat adalah neraca yang bisa dijadikan ukuran untuk
mengetahui keadaan setiap orang; #NgajiHikam
72) apakah seseorang berada dlm keadaan tajarrud, terbebas dari
asbab, atau sedang ada dlm keadaan terikat oleh asbab. #NgajiHikam
73) Jika seseorang melangkahi neraca syariat lalu beralih
mengikuti kecenderungan pribadinya sendiri >> #NgajiHikam
74) >> berarti ia tlh terjerumus pada “syahwat
tersembunyi”, atau “merosot dari cita yg tinggi”. #NgajiHikam
75) Sekadar contoh: seorang ayah berkata pada anaknya, “Aku akan
memenuhi segala kebutuhan hidup yang kau perlukan, >> #NgajiHikam
76) >> kamu tak perlu bekerja, namun kamu harus fokus
untuk belajar al-Quran dan mempelajari hukum2 syariat Allah.” #NgajiHikam
77) Dengan demikian, berarti Allah telah menempatkan anak itu
dalam posisi tajrid, berdasarkan neraca syariat & hukumNya. #NgajiHikam
78) Maka, yang dituntut darinya adalah beramal sesuai dengan
posisi yang telah ditetapkan oleh Allah ini. #NgajiHikam
79) Ia harus fokus untuk mempelajari kitab Allah, hukum2
syariat-Nya, dan mendalami ilmu-ilmu agama. #NgajiHikam
80) Anak ini tak perlu diceramahi soal perintah mencari rezeki,
syariat melarang kamu menganggur, dll. #NgajiHikam
81) Sebab perintah bekerja itu hanya bagi mereka yg punya
tanggungjawab, & kebutuhan hidupnya tak dipenuhi oleh siapapun. #NgajiHikam
82) Adapun org yg oleh Allah ditakdirkan ada penjamin kebutuhan
hidupnya, maka tak boleh dikhotbahi dg hukum syariat yg itu. #NgajiHikam
83) Terlebih, anak muda dalam contoh di sini tdk sedang
menganggur, akan tetapi beralih tugas >> #NgajiHikam
84) >> dari usaha mencari rezeki yg sudah ditanggung
ayahnya itu, pada usaha mempelajari ilmu syariat & mendalami agama.
#NgajiHikam
85) Maka jika pemuda seperti ini masih memaksakan diri utk
berbisnis, berarti ia telah merosot dari cita2 yg tinggi. #NgajiHikam
Klik Link lengkap di bawah ini
"@sidogiri:
#NgajiHikam Bab II. "Memahami Asbab dan Tajrid" by @sidogiri has been
chirpified! http://t.co/jfD6Z9WcvR"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar